Dari situ saya mulai rajin berburu baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Caranya, jika suatu saat saya ke warung (dimanapun) dan melihat ada makanan ringan yang "asing" dan labelnya belum saya miliki, saya akan membeli makanan ringan tsb. Meski saya tak tahu apa rasa makanan tsb. Layaknya kegiatan jajan yang dilakukan anak kecil. Menurut saya, ada hal menarik dan bernilai dari sebungkus makanan ringan, lebih dari sekadar untuk dikonsumsi. Pada makanan-makanan tsb (kerupuk, krpik, dodol, roti dll) yang meski harganya murah saya menemukan pola pemikiran dan kreativitas desain komunikasi visual dari para pengelola industri makanan ringan rumahan. Pola-pola itu tercermin lewat gaya khas tipografi, lay-out-komposisi, warna sampai dengan teknik produksinya. Perhatikan, meski jenisnya beragam, namun satu sama lainnya memiliki gaya yang cenderung similiar.
Hal tersebut diatas tentunya tak lepas dari banyak aspek. Aspek-aspek tsb antaralain aspek antropologi, sosiologi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat (baik konsumen maupun produsen) makan ringan. Saya pikir, banyak hal yang masih bisa digali terlepas dari fungsi pragmatisnya label-label tsb (sebagai identitas perusahaan & informasi harga/komposis makanan). Label-label tersebut layaknya "artefak" yang mencerminkan kultur visual lokal sesungguhnya masyarakat kita.
* Foto By : Waone
4 komentar:
wah seru dong berburu artefaknya....
wah keren nih, ayo di bikin web khusus untuk yg beginian :D
rajin sekali masnya ini :-)
Bisa pesen gak
Posting Komentar