Recent Posts

Senin, 22 Desember 2008

Designer : We Are Not a Swiss Army Knife!

Batasi Jumlah Font Anda (Part 1 - Pada Desain)

Seorang teman yang sedang mencari kerja datang & mengeluhkan beberapa info lowongan desain grafis kepada saya. Ia menceritakan fenomena iklan lowongan kerja di media masa yang sudah mulai mensyaratkan macam-macam ketrampilan bagi pelamarnya. Teman saya menyadari bahwa syarat –syarat seperti itu tentunya akan sulit di penuhi oleh mereka yang baru lulus (fresh graduate) dan belum memiliki pengalaman.

Kemudian teman saya memperlihatkan beberapa lowongan iklan kepada saya seperti ini:

Dibutuhkan seorang Disainer Grafis dengan syarat-syarat:

Memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun, Dapat membuat gambar illustrasi freehand, Menguasai komputer Macintosh dan aplikasi Corel Draw, Mc.Freehand, Illustrator CS, Photoshop, Dream Weaver, Flash dan 3D Studio Max. Mampu membuat artwork, dan disain untuk web dan mengerti proses cetak. Sanggup bekerja keras dan lembur bila diperlukan.

Ada juga yang seperti ini:

Dicari desainer grafis untuk perusahaan advertising dengan syarat sbb:

Lulusan S1 DKV dari universitas ber-qualified, min IPK 3.00. Memiliki kendaran sendiri. Menguasai Illustrator, Photoshop, Corel Draw. Dapat membuat modeling 3D, animasi Flash (lebih diutamakan) Mengerti Javascript, HTML, PHP dll. Artcoholic dan siap lembur!

Sebuah iklan yang tentu saja segera menciutkan nyali disainer-disainer muda yang berbakat tapi belum memiliki pengalaman kerja dan baru mempunyai pengetahuan komputer tingkat dasar saja.

Analogi fenomena ini bagaikan mencari sebuah pisau tentara swiss (Swiss Army Knife). Desainer dikondisikan wajib memiliki berbagai fungsi kalau perlu bisa merangkap jadi akuntan dan marketing sekaligus. Tindakan biro desain/advertising yang mencari disainer multifungsi seperti sebilah pisau tentara swiss merupakan sebuah hal yang muluk.

Studio desain/advertising yang menggunakan prinsip ini sangat berpotensi akan menomerduakan kemampuan analitik/kreatif dari para calon desainernya. Karena kalau kita lihat lagi iklan diatas jelas sekali mereka mencari orang berdasarkan pertimbangan kemampuan teknisnya semata. Yang penting order cepet selesai, kualitas ntar dulu lah..!

Sedihnya..jumlah biro semacam ini luar biasa banyak di Indonesia. Merekalah yang pada akhirnya banyak melakukan piracy, pencurian ide, dan tentu tidak mengenal etika bisnis dan profesi. Mengapa biro2 semacam ini tetap ada? Jawabannya mudah karena adanya "dukungan" dari insan disainer itu sendiri. Siapa mereka? Jawabannya lebih mudah lagi...KITA SEMUA!


1 komentar:

arm! mengatakan...

tul...
i'm the one of the victims...
hahhahaa....

Posting Komentar